Senin, 21 Februari 2011

Perencanaan, Penjadwalan dan Pengendalian Proyek

Bisnis konstruksi adalah sebuah bisnis yang memiliki batasan-batasan, proyek konstruksi pun diikuti oleh batasan-batasan tersebut. Batasan yang ada pada bisnis dan proyek kosntruksi diantaranya adalah :
- Adanya batasan waktu pelaksanaan
- Adanya batasan pemakaian jumlah tenaga kerja
- Adanya batasan pemakaian jumlah material
- Adanya batasan nilai dari sebuah proyek
- dsb.
Berbeda dengan bisnis lainnya, seperti industri, manufacture, assembling, garment, dsb. Pada industri-industri tersebut tidak ada batasan waktu pelaksanaan, karena proses produksi (secara normal) berlangsung sepanjang tahun dan terus menerus. Tidak ada batasan pemakaian tenaga kerja, karena kebutuhan tenaga kerja bisa bertambah seiring dengan pertambahan barang atau produk yang akan dihasilkan. Tidak ada batasan pemakaian material, karena kebutuhan akan material bisa meningkat atau ditambah Kuantitasnya seiring dengan kebutuhan pasar akan produk industri tersebut yang makin meningkat. Juga tidak ada batasan nilai proyek, karena nilai sebuah proyek bisa ditambah atau dikurangi sesuai dengan banyaknya produk atau barang yang ingin dihasilkan, misalnya pesawat telepon, pakaian, mie instant, kendaraan bermotor, barang dalam kemasan, dsb.
Coba bandingkan dengan bisnis konstruksi, sebuah perusahaan konstruksi (kontraktor) tidak bisa menambah waktu pelaksanaan proyek, karena proyek punya batasan waktu kapan sebuah proyek harus selesai. Kontraktor juga tidak bisa menambah penggunaan tenaga kerja, karena jumlah tenaga kerja telah disesuaikan dengan besarnya volume tiap item-item pekerjaan dalam sebuah proyek. Kontraktor juga tidak bisa menambah jumlah material, karena jumlah material juga ditentukan dari volume pekerjaan dalam sebuh proyek. Kontraktor juga tidak bisa menambah nilai dari sebuh proyek, karena nilai proyek ditentukan oleh pemilik (owner) proyek, bisa pemerintah atau mungkin juga pihak swasta.
Dari berbagai keterbatasan itu, maka proyek konstruksi membutuhkan perencanaan, penjadwalan dan pengendalian proyek. Tujuannya adalah menyelaraskan antara biaya proyek yang optimal (saya tidak menyebut MURAH yah..), mutu pekerjaan yang baik/berkualitas, dan waktu pelaksanaan yang tepat. Karena ketiganya adalah 3 elemen yang saling mempengaruhi.
- biaya
- mutu
- waktu
Jika biaya proyek berkurang (atau dikurangi) sementara waktu pelaksanaan direncanakan tetap, maka secara otomatis anggaran belanja material akan dikurangi dan mutu pekerjaan akan berkurang –> Secara umum proyek Rugi!
Jika waktu pelaksanaan mundur/ terlambat, sementara tidak ada rencana penambahan anggaran, maka mutu pekerjaan juga akan berkurang –> Secara umum proyek Rugi!
Jika mutu ingin dijaga, sementara waktu pelaksanaan mundur/terlambat, maka akan terjadi peningkatan anggaran belanja –> Secara umum proyek juga Rugi!
Inti dari 3 komponen proyek konstruksi tersebut adalah bagaimana menjadwal dan mengendalikan pelaksanaan proyek agar berjalan sesuai dengan schedule yang telah ditetapkan, selesai teapat pada waktunya, sehingga tidak terjadi pengurangan mutu pekerjaan atau penambahan anggaran belanja.
Berikut adalah contoh perencanaan, penjadwalan dan pengendalian pelaksanaan proyek dengan bar chart dan s-curve, proses penjadwalan ini saya pilih berdasarkan volume pekerjaan (Realitanya penentuan s-curve bisa berdasarkan volume pekerjaan, bisa juga berdasarkan nilai/harga tiap item pekerjaan).

Gambar diatas adalah layout pondasi dari sebuah rumah ukuran Panjang: 10 m dan Lebar: 7 m, dengan luas bangunan (A) : 70 m^2
PERHITUNGAN VOLUME
Pekerjaan Persiapan;
Galian tanah dasar tebal 10 cm –> Volume Pekerjaan = 70 m^2 x 0,1 m = 7 m^3
Pekerjaan Pas. Pondasi Batu Kali:
Luas Pondasi = ((0,3 x 1) + (1/2 x 0,3 x 1) x 2 ) = 0,3 + 0,3
Luas Pondasi = 0,6 m^2
Keliling Pondasi = 58,5 m –> Volume Pondasi = 0,6 m2 x 58,5 m = 35,1 m^3

Pekerjaan Sloof: –> Diambil, Dimensi sloof : 15 cm x 15 cm
Arah Memanjang:
- 0,15 x 0,15 x 10 x 2 = 0,450 m^3
- 0,15 x 0,15 x 6 = 0,1350 m^3
- 0,15 x 0,15 x 2 = 0,0450 m^3
- 0,15 x 0,15 x 3 = 0,0675 m^3
Arah Melintang:
- 0,15 x 0,15 x 7 x 2 = 0,315 m^3
- 0,15 x 0,15 x 3 x 3 = 0,135 m^3
- 0,15 x 0,15 x 3,5 = 0,07875 m^3
- 0,15 x 0,15 x 2 = 0,045 m^3
Total Volume Sloof = 1,3275 m^3
Pekerjaan Kolom:
Dimensi Kolom diasumsikan : 15 cm x 15 cm
Volume Kolom = Panjang x Lebar x Tinggi = 0,15 m x 0,15 m x 3,5 m = 0,07875 m^3
Jumlah kolom (n) pada gambar adalah 16 buah,
Total Volume Kolom = 0,7875 m^3 x 16 buah = 1,26 m^3
Pekerjaan Balok: –> Diambil, Dimensi Balok : 15 cm x 15 cm
Arah Memanjang:
- 0,15 x 0,15 x 10 x 2 = 0,450 m^3
- 0,15 x 0,15 x 6 = 0,1350 m^3
- 0,15 x 0,15 x 2 = 0,0450 m^3
- 0,15 x 0,15 x 3 = 0,0675 m^3
Arah Melintang:
- 0,15 x 0,15 x 7 x 2 = 0,315 m^3
- 0,15 x 0,15 x 3 x 3 = 0,135 m^3
- 0,15 x 0,15 x 3,5 = 0,07875 m^3
- 0,15 x 0,15 x 2 = 0,045 m^3
Total Volume Balok = 1,3275 m^3
Pekerjaan Dinding Bata:
Panjang Keliling : 58,5 m
Tinggi : 3,5 m
Tebal : 0,15 m
Volume Dinding = 58,5 m x 3,5 m x 0,15 m = 30,7125 m^3
 
Pekerjaan Lantai:
Luas : 7 x 10 = 70 m^2
Tebal : 0,1 m
Volume Lantai = 70 m2 x 0,1 m = 10,5 m^3
Pekerjaan Pelat Atap:
Volume Pelat Atap = panjang x lebar x tebal
Volume Pelat Atap = 10 m x 7 m x 0,15 m = 10,95 m^3
Volume Total Pekerjaan = ( 7 + 1,26 + 1,3275 + 35,1 + 30,7125 + 10,5 + 10,95 ) m^3
Volume Total Pekerjaan = 98,18 m^3
Selanjutnya Volume Tiap-tiap pekerjaan, Volume Total, dan durasi masing-masing pekerjaan direkap dalam sebuah sheet seperti berikut ini:

Setiap pekerjaan memiliki durasi pelaksanaan. Contohnya pekerjaan persiapan memiliki durasi 2 minggu. Bobot pekerjaan (prestasi) dari pekerjaan persiapan setiap minggu adalah sebesar = 7 m^3 /2 minggu = 3,52 m^3/minggu. Dengan cara yang sama, maka seluruh prestasi setiap item pekerjaan telah diketahui.
Prestasi setiap item pekerjaan selanjutnya dijumlahkan untuk mendapatkan progress (prestasi) komulatif. Prestasi/progress komulatif harus berjumlah 100 % tepat pada saat proyek tersebut selesai dilaksanakan. Berikut adalah gambar S-Curve dari hasil perhitungan item pekerjaan diatas:

Jika sheet digabungkan maka gambar akan akan terlihat seperti berikut ini:

Hasil dari s-curve tersebut nantinya akan dijadikan sebagai panduan untuk mengendalikan pelaksanaan proyek. Dari s-curve tersebut sudah dihitung volume pekerjaan setiap minggu, ikuti angka-angka tersebut, sambil berharap tidak ada hal luar biasa seperti hujan yg berkepanjangan yg akan menunda pelaksanaan pekerjaan. Secara normal, jika s-curve tersebut diikuti maka kemungkinan proyek tersebut terlambat dan mengalami kerugian dapat dikurangi (kalau bisa tidak ada sama sekali).
Demikian artikel tentang perencanaan, penjadwalan dan pengendalian proyek kali ini, pada artikel tentang perencanaan yang berikutnya, saya akan mencoba untuk memperlihatkan pada anda bagaimana menggabungkan antara volume pekerjaan pada s-curve dengan metode pengendalian material yang biasa dipergunakan pada bidang industri dan manufacture seperti metode Material Requirement Planning (MRP) dan metode Economic Order Quantity (EOQ). Dari hasil penggabungan tersebut nantinya akan diketahui kebutuhan material perhari selama proyek berlangsung, inventory status, sistem pemesanan, safety stock material, dsb. Dan berdasarkan hasil penggunaan metode tsb di 2 buah proyek gedung ( 5 lantai dan 8 lantai), metode tersebut mampu menjamin ketersediaan material selama proyek berlangsung sehingga proyek bisa selesai tepat waktu.. Sementara jika proyek tersebut hanya menggunakan metode penjadwalan biasa seperti s-curve, pelaksanaanya terlambat diakibatkan persediaan material mingguan yang tidak terjadwal.
 Di dukung oleh : www.architectaria.com

Selasa, 01 Februari 2011

Perencanaan Rumah Konsep Green Building


MAKALAH
DESAIN RUMAH SEDERHANA
DENGAN MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING






Disusun oleh :

Nama
: - Akhmad Sarifudin
- Toifin
NIS
: - 088965
- 089043
Kelas
: XII (Dua Belas)
Jurusan
: Teknik Konstruksi Batu Beton
Program keahlian
: Teknik Bangunan








SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2
PURWOKERTO
Jln. Jend. Gatot Soebroto No. 81 Telp.(0281) 635061 Purwokerto 53116



BAB I
PENDAHULUAN

Green building atau sustainable building / bangunan berkelanjutan, ada yang menyebutkan sebagai eco-homes/ bangunan yang berwawasan lingkungan. Ada berbagai pendapat tentang apa yang bisa digolongkan sebagai green building, pada umumnya setuju bahwa green building adalah yang strukturnya diletakkan, dirancang, dibangun, direnovasi dan dioperasikan untuk panduan hemat energi dan memberi dampak positif bagi lingkungan, dampak ekonomi dan sosial. Namun singkatnya menurut Brenda & Robert Vale, green building merupakan suatu pola pikir dalam arsitektur yang memperhatikan unsur-unsur alam yang terkandung di dalam suatu tapak untuk dapat digunakan (www.sustainablebuild.co.uk).
Gagasan konsep merupakan hal yang tidak dapat ditawar dalam merancang sebuah hunian apalagi tuntutan di jaman modern sekarang merupakan hal yang sangat bertentangan mengingat kriteria pada ketentuan lomba yang mengacu pada tema lomba yaitu desain rumah dengan menerapkan konsep green building.

1. Latar Belakang masalah
Melihat banyaknya pembangunan di Indonesia yang sangat pesat seperti perumahan mewah, perumahan sederhana, dan masih banyak pembangunan-pembangunan perumahan diberbagai wilayah di seluruh Indonesia namun tidak memperhatikan kualitas bangunan tersebut sudah ramah lingkungan atau belum. Semakin terbatasnya lahan yang tersedia saat ini terutama di kota-kota besar yang padat penduduk. Maka dari itu kita di tuntut untuk sesederhana mungkin mengkonsep sebuah disain rumah dengan penempatan fungsi dan luas ruang yang maksimal dengan memerhatikan keselamatan lingkungan. Lingkungan kita yang dulu sangatlah rindang, sejuk dan nyaman, sekarang ini sudah mulai terasa mendapatkan dampak negatife dari kerusakan lingkungan, salah satunya dari pemanasan global dan efek rumah kaca yang berbanding terbalik dengan keadaan alam yang dahulu.
Oleh karena itu kami mempunyai gagasan untuk mengikuti perlombaan desain rumah dengan konsep green building sesuai kemampuan kami (SMK Teknik Bangunan) dalam mendesain sebuah rumah dengan konsep green building yang ramah lingkungan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) Universitas Negeri Malang.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan kriteria bangunan yang akan menjadi pembahasan utama dengan konsep desain yang berkonsep green building atau ramah lingkungan. Berikut beberapa rumusan masalahnya :
  1. Bangaimana membuat desain rumah sederhana dengan konsep green building yang memperhatikan keselamatan lingkungan.
  2. Bagaimana mengkonsep sebuah rumah dengan Jumlah penghuni 4 orang terdiri dari Ayah, ibu, anak laki-laki dan perempuan, dengan memiliki aktifitas sebagai berikut :
  • Ayah : bekerja dari pagi sampai sore.
  • Ibu : mengurusi kebutuhan rumah tangga.
  • Anak laki-laki : sekolah memiliki hobbi main musik dirumah.
  • Anak perempuan masih bal



Pusat pertokoan
Mall
K
A
M
P
U
S




U
Jln. Lingkungan
Perumahan
padat penduduk
LOKASI

Jln. lingkungan
Pabrik furniture








3. Tujuan

  1. Dengan peran sertanya dalam kegiatan lomba desain yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) Universitas Negeri Malang yang bertujuan guna meningkatkan kemampuan siswa SMK jurusan teknik bangunan di bidang penggagasan konsep desain rumah sederhana yang memperhatikan penempatan fungsi dan luas ruang maksimal namun menyelamatkan dari kerusakan lingkungan.
  2. Dengan desain rumah yang ramah lingkungan kita dapat mengurangi dampak dari permasalahan pemanasan global, Efek rumah kaca, polusi udara maupun perekonomian.
  3. Menghasilkan sebuah terobosan baru dalam mengkonsep desain yang berorientasi sistem Green Building.
  4. Memberikan pemikiran gagasan untuk menyalurkan hal tersebut di atas kepada kalangan teknik bangunan / rekayasa kontruksi banguanan.
  5. Memberikan contoh kepada masyarakat mengenai konsep rumah hunian yang ramah lingkungan.
  6. Mewujudkan kondisi bangunan yang nyaman bagi penghuni dan lingkungan sekitarnya.














BAB II
PEMBAHASAN

Dalam menggagas sebuah desain rumah yang berkonsep green building perlu memperhatikan luas lahan dan luas bangunan dalam konsep green building yang ramah lingkungan juga memperhatikan perbandingannya yaitu 60% luas lahan dengan 40% luas bangunan.
Elemen-elemen konsep green building
Ada empat bidang utama yang perlu dipertimbangkan dalam green building yaitu : material, energi, air dan faktor kesehatan.
  1. Material
Material ini diperoleh dari alam, renewable sources yang telah dikelola dan dipanen secara berkelanjutan, atau yang diperoleh secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi atau diselamatkan dari bahan reklamasi dilokasi terdekat. Material yang dipakai menggunakan green specifications yang termasuk dalam daftar Life Cycle Analysis (LCA) seperti : energi yang dihasilkan, daya tahan material, minimalisasi limbah, yang dapat untuk digunakan kembali atau didaur ulang. Oleh karena itu kami berusaha memakai bahan bangunan yang ramah lingkungan, praktis dan juga tahan lama.
  1. Energi
Perencanaan dalam pengaturan sirkulasi udara yang optimal untuk menghindari penggunaan  AC yang sangat bahaya bagi kehidupan manusia. Karena bisa menyumbang efek pemanasan global.  Kemudian mengoptimalkan cahaya matahari sebagai penerangan ruangan di siang hari. Solar sel untuk mensuplay penerangan malam hari dan keperluan lain. Rancangan green building ini juga bias menggunakan pemanfaatan teknologi tenaga surya sebagai penghasil listrik..
  1. Air
Penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga dari sumur, dan pemanfaatan air hujan yang dialirkan menuju lahan rumah guna diresapkan ke tanah juga membasahi tanaman dan rumput setelah itu baru kita alirkan menuju selokan. Menggunakan peralatan hemat air, seperti shower bertekanan rendah , kran otomatis (Self-Closing Or Spray Taps), tanki toilet yang low-flush toilet. Yang intinya mengatur penggunaan air dalam bangunan sehemat mungkin.
  1. Faktor Kesehatan
Menggunakan material dan produk-produk yang non-toxic akan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, dan mengurangi tingkat asma, alergi dan sick building syndrome. Material yang bebas emisi, dan tahan untuk mencegah kelembaban yang menghasilkan spora dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga harus didukung menggunakan sistem ventilasi yang efektif dan bahan-bahan pengontrol kelembaban yang memungkinkan bangunan untuk bernapas. (dikutip dari : www.sustainablebuild.co.uk)
Selain 4 bidang di atas, green building dapat  menekan biaya untuk pekerjaan konstruksinya, dan memenuhi kebutuhan yang lebih luas dari masyarakat, dengan menggunakan tenaga kerja lokal, dan memastikan bangunan diletakkan tepat bagi kebutuhan masyarakat.
Setelah kita memahami apa yang namanya konsep green building kemudian kita menganalisis data, ikut table analisa data yang kami peroleh dari permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah.




TABEL ANALISA DATA
No
Anggota keluarga
Jenis kelamin
Usia
Pekerjaan
Keterangan ruang
Jenis ruang Jml
Ukuran (m)
1
Ayah
P
45
Kariawan
K. tidur utama
1
3 x 3.5
2
Ibu
L
35
Ibu rumah tangga
3
Anak 1
p
15
Pelajar k. tidur anak 1
1
3 x 2.5
4
Anak 2
L
4
Balita k. tidur anak 2
1
3 x 2.5
5








Ruang tamu
1
3 x 2.5
6








R. keluarga
1
3 x 2.5
7








Ruang dapur
1
3.5 x 3
8








Ruang makan
1
9








KM/WC 1
1
1.2x 1.5
10








KM/WC 2
1
1.2 x 1
11








Teras depan
1
1.2 x 3
12








Teras belakang
1
1 x 0.6
13








Taman lantai 2
1
3 x 2.5
14








R. Musik
1
2.5x 1.7
15








Tangga
1
3 x 1.6
Dari data di atas kita dapat menentukan sebuah desain rumah yang disesuaikan dengan kebutuhan keluarga. Sesuai dengan data dan kebutuhan di atas selanjutnya kita hitung perencanaan ukuran dan denahnya, tampak muka dan tampak samping.(Gambar konsep desain terlampir)
Maka dari itu kami menentukan desain denah rumah yang berkonsep green building yang ramah lingkungan. Menentukan luas lahan untuk penghijauan lebih luas 60% dibanding dengan luas bangunannya 40%. Karena kebutuhan sesuai dengan rumusan masalah. ada 4 anggota keluarga dalam rumahnya dan kebutuhan ruangannya yang di minta, dari itulah kami menentukan jumlah lantai yaitu 2 (dua) dalam mendesain rumah green building bertujuan dengan kebutuhan ruangan dan dituntut untuk memberi tempat lahan untuk penghijauan. Dalam konsep ini kami juga membuat penghijauan di lantai dua yang bertujuan untuk mengurangi pantulan cahaya bila keadaan panas dan mengurangi polusi udara dalam ruangan karena tempatnya di tengah kota yang ramai dilalui kendaraan dan adanya pabrik.
Berikut langkah – langkah desain :
  1. Pembuatan Foot plate dan Pondasi
Perencanaan membuat sebuah hunian lantai dua yang sesederhana mungkin dengan penggunaan bahan bangunan/material yang ramah lingkungan untuk mengurangi dampak dari pemanasan global. Pembuatan bangunan dari bawah (pondasi) sampai atap dengan menggunakan konstruksi yang sederhana, ramah lingkungan, dan cepat untuk dikerjakan, seperti dalam pembuatan pondasi menggunakan pondasi foot plate 1PC : 2PS : 3KR, pondasi foot plate ini untuk menerima beban lantai dua dan bentang bangunan yang lebar karena sesuai dengan konsep kami, dan pondasi batu kali 1PC : 3KP : 10PS untuk pondasi teras dan lainnya yang menerima beban lantai satu.

  1. Lantai
Pembutan lantai khusus untuk carport menggunakan paving blok. Untuk lantai dapur, lantai teras, lantai kamar mandi/WC, dan lantai tangga menggunakan lantai artifisial. Lantai artifisial adalah lantai yang di hamparkan PC kemudian kita taburi batu – batuan alam atau batu bronjol dengan itu kita tidak perlu menambang batu alam. Karena ini merupakan konsep ramah lingkungan. Pada lantai tamu, lantai keluarga dan kamar tidur kami masih menggunakan keramik yang ramah lingkungan.
  1. Dinding
Pembuatan dinding menggunakan pasangan batu bata, tidak lupa mengunakan campuran trasram / kedap air dari lapisan pertama sampai kurang lebih 20 cm. Untuk menghindari air yang meresap ke dinding yang mengakibatkan tumbuhnya benih mikroba dan spora karena terlalu lembab yang kemudian terjadi kerusakan pada dinding yang tidak tahan lama terhadap air. Untuk mengurangi terjadi hampa udara dan cahaya pembutan ventilasi pada bangunan kami optimalkan dalam konsep green building. Pewarnaan tembok menggunakan cat tembok yang menggunakan bahan alami.
  1. Plafond dan Atap
Agar terlihat rapi pada tampilan di dalam rumah bangunan pada bagian atas kami pasang plafond eternit yang menempel pada kayu, konstruksi di atasnya yaitu kerangka atap yang terbuat dari glugu / kayu dari pohon kelapa yang sudah tua, tidak diproduksi lagi sarinya dan sudah tidak menghasilkan buah yang berkualitas, demi ramah lingkungan. Untuk ketahanan kerangka dicat minyak agar tidak mudah rusak. Atap pada konsep green building menggunakan genteng beton tropis yang setelah pemasangan kemudian dicat agar sejuk pada bagian plafond dan ruangan.
  1. Drainase
Drainase merupakan hal sangat penting dalam suatu bangunan tanpa drainase hidup kita tidak sehat. Pada buku plambing sistem pembuangan kotoran dan air bekas harus dipisahkan, hal ini disebabkan karena faktor kebersihan dan biaya pembersihan karena apabila kedua sistem ini dicampur maka septictank akan cepat penuh dan tidak baik bagi lingkungan atau terjadi pencemaran. Berikut ini denah resapan septictank:








Kotoran diproses penguraian secara biologis dan filterisasi secara bertahap melalui tiga kompartemen. Media kontak yang dirancang khusus dan sistem desinfektan sarana pencuci hama yang digunakan sesuai kebutuhan membuat buangan limbah kotoran tidak menyebabkan pencemaran. Bila septictank penuh maka kita alirkan keselokan, namun sebelum menuju ke selokan kita filterisasi / sumur resapan dan lubang biopori sesuai kebutuhan pada lahan dibelakang rumah setelah bakteri pada alat filterisasi tersaring maka air yang terbuang pada selokan akan ramah lingkungan. Aliran air hujan diserapkan dalam lahan yang tersedia untuk menghindari terjadinya banjir pada selokan dan membuat lahan disekitar rumah menjadi subur oleh air hujan juga menghindari aliran air hujan yang mengalir langsung keselokan karena mempercepat terjadinya banjir.
  1. Penghijauan rumah
Untuk menampilkan green pada perencanaan konsep green building maka lahan depan rumah maupun belakang rumah. kami tanam tanaman besar seperti pohon cemara dan pohon yang berbuah agar mempunyai dua keuntungan bagi penghuni rumah. Dari segi penghijauan dan hasil buah yang bisa dimakan oleh penghuninya, di dalam sudut tiap ruangan ada tanaman kecil yang bertujuan mengurangi polusi gas karbondioksida dan mengkondisikan udara yang segar pada hunian tanpa penggunaan AC.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan hal - hal sebagai berikut :
  1. Rumah konsep green building sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia karena dalam peerencanaan sebuah rumah memperhatikan keselamatan lingkungan.
  2. Pengembangan sebuah bangunan dengan keterbatasan lahan yang tersedia, kebutuhan ruangan dan demi memperhatikan keselamatan lingkungan. Maka pengembangan sebuah bangunan bukan melebar namun berkembang ke atas atau menambah lantai karena untuk menyisakan lahan penghijauan.
  3. Rumah konsep green building secara fisual terlihat mahal untuk pembiayaan namun kalau kita memperhatikan kualitas dan jangka waktu keawetan rumah ini juga pemanfaatannya. Rumah ke masa depan lebih menguntungkan dari segi ekonomi dan ramah lingkungan.
Demikian semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman.













DAFTAR PUSTAKA

________, Ekologi Bangunan dan Lingkungan, DKLH, Malang, 1995.
Fadjar Hadi, Nasroen Riva’i, Ilmu Teknik Penyehatan 2, 1981.
Imam subarkah ir., Konstruksi Bangunan Gedung, Bandung 1980.
Soeparno, Perencanaan Bangunan Rumah Tinggal, Bandung, 2003.
Soekarto, Soetarman, Menggambar Teknik Bangunan 2, Jakarta, 1978.
Soekarto, Soetarman, Menggambar Teknik Bangunan 3, Jakarta, 1979.